Kupuaskan Hasrat Ci Lina

Free bet Terbaru- Cerita kali ini memang sudah keterlaluan sekali bahkan kakak Ipar sendiri ditaklukan, cerita nyata yang aku alami ini semoga bisa menghibur para pembacanya.


Aku memang ketagihan bermain cinta dengan wanita setengah baya alias (STW). Free bet Terbaru Pengalamanku menaklukkan kakak Iparku yang pendiam dan agak religius. Entah bagaimana aku menjadi kesetanan menjerumuskan orang baik-baik kedalam neraka nafsuku.


Kejadian begini, suatu hari rumahku kedatangan tamu dari Medan, Ci Lina kakak istriku. Dia datang ke jakarta karena tugas kantor ikut seminar di kantor pusat sebuah bank pemerintah. Ci Lina adalah kepala Cabang di Medan, Dia menginap dirumah kami. Dari pada menginap di Hotel mendingan uang hotel disimpan buat beli oleh-oleh. Selama seminggu dia tinggal dirumahku, dari istriku aku tau Ci Lina berusia 35 tahun. Suaminya sudah meninggal 1 tahun lalu karena kecelakaan. Ci Lina wanita yang cantik, putih dan tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religus. Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak jalan-jalan Ci Lina, maklum saja dia  pertama kali ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya yang sempit dan padat. Kami sudah berencana pas hari sabtu akan jalan-jalan ke Taman safari.

Tiba hari sabtu, Istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal sudah rencana kami ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Ci Lina jalan-jalan misalkan Ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput dia di Mangga Dua. Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua dengan Ci Lina karena dia pendiam. Aku pun menduga Ci Lina pasti tidak mau. Tapi tanpa dinyata ternyata Ci Lina menyetujui usul Istriku.

Pagi-pagi sekali Istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun pondok Ranji. Rumahku yang didaerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara Menunggu Ci Lina yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan rokok, kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam. Pikiranku melayang membayangkan kakak Istriku ini. Ci Lina sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulai keluar dan aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik ini. Aku tertantang menaklukkan Ci Lina. Mumpung ada kesempatan, Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.

Aku pun mengatur jebakan untuk memancing Ci Lina. Aku dengan buru-buru mandi membasuh badan dan keramas, sesudah mandi aku pun berlilitan handuk dengan menunggu kepulangan Ci Lina dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu di balik horden dan kulihat Ci Lina memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit. Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tidak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Ci Lina. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan dengan jelas.

Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai bereaksi, dengan terlanjang bulat aku menunggu Ci Lina melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan juniorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini. Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Ci Lina. Dari balik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Ci Lina pasti melihat tubuhku yang polos dengan junior yang tegak berdiri. Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamaati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terhenti didepan kamarku tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalau ada orang. Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang. “E..eee…maaf Ci Lina,  aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah-olah ingin menutup pintu. Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Ci Lina terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.

Dengan tenaganya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Ci Lina dan sekali lagi memohon maaf.
"Maaf iya Ci Lina, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini,” kataku sambil berdiri didepan pintu mau menutup daun pintu. Tiba tiba seperti tersadar Ci Lina bergegas meninggalkanku sambil berkata “i…i…iya , tidak apa-apa…..”. Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku. Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas mengetok pintu kamar Ci Lina. "ada apa Andy," ujar Ci Lina setelah membuka pintu. Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan. "Ci Lina, maafkan Andy ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar nyambung.

“Nggap apa-apa, cuma Ci Lina malu hati, sungguh Ci Lina malu melihat kamu telanjang tadi,"balasnya tanpa mau menatap aku. “Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi  Ci Lina kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu" kataku memancing reaksinya.
"Sejujurnya Ci Lina tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Ci Lina malu, tanpa sadar terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Ci Lina sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Ci lina seperti terpana,"  katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan. Aku jadi ngak tega. Kudekati Ci Lina dan kuberanikan memegang pundaknya seraya menenangkannya.
“Sudalah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau.” Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya. Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja.

Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat Ci Lina sudah berdiri didepanku. Lama kupeluk erat, Ci Lina diam saja, mukanya diselusupkan didadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.


“Jangan Ndy…dosa,” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku. Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Dalam usaha kedua Ci Lina sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan. Ku coba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada sasaran…puting susu sebelah kiri. Ci Lina menggeliat.

Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicucuk hidungnya Ci Lina menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya. Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Ci Lina diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku……..Ci Lina masih diam.

Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher…perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil…turun lagi kebawah, pusarnya kukorek dengan lidahku….turun lagi ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya ku jilat-jilat terus sampai ke ujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Ci Lina yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.

Kukangkangkan kakinya Ci Lina masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibir vagina dan klitorisnya Ci Lina tiba-tiba berteriak,"Ahhhh......"
"Kenapa Ci Lina...sakit?,"tanyaku. Ci Lina hanya menggeleng, dan aktifitas jilat menjilatnya vagina itu kulanjutkan. Ci Lina menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung ..”Andyyyyyyy… ayo Andy….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo Andy tuntaskan…. Ci Lina sudah nggak tahan," katanya.

Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung kunaiki kedua pahanya dan kutusukkan juniorku kelobang surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam. Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Ci Lina semakin menggelinjang. Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme , gerakan pantatku semakin cepat dan kencang. Ci Lina  meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sprei. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, “Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak. Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya.

Tiba-tiba aku didikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku. “Jangan keluarin didalam ….aku lagi subur,” suaranya tresengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.
Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya. “Baik Lina Cantik, Andy keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan Junior ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras. Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Ci Lina agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Ci Lina menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan. Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Ci Lina dan kugencet batang juniorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali juniorku meludah. Sekujur tubuh Ci Lina yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Ci Lina bangkit mengambil tisu dan membersihkan badan serta mukanya.

“Andy…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Ci Lina rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.
Dengan persetujuan Ci Lina, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Ci Lina tidak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan. Dalam dua sesi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Ci Lina. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.

“Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suaminya itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Ci Lina. Sesampainya sudah meninggal, Ci Lina tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini. sebetulnya Ci Lina masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. mungkin posisi Ci Lina sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh." Cerita Ci Lina sebelum kami sama-sama tertidur pulas.



Previous
Next Post »